Ini mungkin bisa menjadi referensi yang berharga bagi kita semua. Atau bisa saja hanya sebegai hal yang biasa-biasa saja. Masing-masing orang mempunyai prespektif yang beragam atas koleksi-koleksi sejarah. Bisa jadi dipandang sebagai alat (media) pengingat atas suatu peristiwa pada masa lampau, atau bisa menjadi sebagai alat untuk memulai pembelajaran atas suatu hal. Namun menurut saya, Sejarah adalah alat perekat antar kebudayaan.
Ensiklopedia bebas bahasa indonesia mengartikan sejarah sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah.
Masih menurut Insklopedia bebas BI, berdasarkan Kata, sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (شجرة: šajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (تاريخ ). Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani, yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi. (Maaf, agak sedikit ilmiah)
Nah, apa yang saya ingin bagikan pada edisi kali ini, adalah berkaitan dengan uraian di atas, yakni sejarah berdasarkan foto. Di bawah ini ada bebrpa foto yang akan menggambarkan kita bagaimana poso pada Massa lalu. Pada laman ini, akan disuguhkan beberapa tempat penting, orang-orang dan bangunan. Berikut Foto dan keterangannya:

Foto
Keluarga Raja Poso: TA LASA. Duduk Ngkai Talasa alias Ta Wo'o Manu
alias Siga Mawaa, Nenek Ndjobe. Berdiri dibelakang (dari kiri-kanan) : -
Yuliana Tima alias Ine Tipa + Ine Odi alias Tu'a Olu Badjadji. -
Mutiara alias Ine Deki Mondong alias Tu'a Kaci. - Wongko Lemba Talasa
alias Papa Itje alias Ngkai Lini Marunduh. Berdiri di depan (dari
kiri-kanan) : - Djambo'a Saruo'a alias Ine Relly alias Tu'a Audy
Tumimomor. - Sintamani Saona alias Ine Dolo alias Tu'a Susi. (Foto
dibuat di Watuawu, sekitar tahun 1930an).

Rumah
Keluarga Misionaris Kristen, DR Nicolaus Adriani (Belanda), tahun 1924
di TARIPA (Petiro ?). Rumah ini sudah beberapa kali diperbaiki, terletak
di arah jalan tua menuju kampung KAMBA. Saat ini bersebrangan dengan
jalan baru ke Kamba yang melewati Desa Matia Lemba. Rumah ini pernah
dijadikan semacam " Pesangrahan" dan Rumah Sakit di Taripa.

Pembukaan
dan pembuatan jalan raya di Tana Poso sekitar tahun 1910an -1930an,
yang diprakarsai oleh pemerintah kolonial Belanda. Masyarakat dikerahkan
dari seantero Tana Poso dengan sistem kombinasi antara "wajib kerja" -
gotong royong dengan bayaran seadanya. Alat kerja terdiri dari: pacul,
sekop, linggis, tandu-tandu, parang, pasak dari kayu keras. Dari
cerita-cerita orang tua, ketika pembuatan jalan ini, banyak juga memakan
korban manusia karena sakit dan kecelakaan kerja. Pembukaan/rintisan
jalan ini sampai kearah menuju (Pegunungan Takolekaju-Verbeek)
perbatasan wilayah Sulawesi Selatan saat ini. (silahkan koreksi atau
tambahkan info mengenai hal ini, karena teks di foto sumber, sangat
terbatas, hanya mengatakan pembukaan jalan di Posso-Midden Celebes, foto
dibuat tahun 1927).

Dari
tahun 1927 di Tana Poso sudah ada "gerakan sayang anak", menyusui anak
kandung dan juga anak kerabat. (foto : Anton Abraham C, 1927, Midden
Celebes).

Sekolah
"zaman kolonial", tahun 1937 di Pendolo, Tana Poso. Murid dengan musik
bambu, sederhana-tertib. Rumah sekolah berlantai tanah berdinding
bamboo. Pak Guru disebut Engku, rapi dengan seragam jas putih gaya
Eropah. Sementara Istri Pak Guru saat itu dipanggil dengan sebutan
"Nyora".Pelabuhan Kolonodale sekitar hampir 100 tahun lalu (1919)

Kunjungan
Gubernur Jendral A.C.D de Graeff di Tavaeli tahun 1927 (kampung halaman
Nenek Ndjobe (istri dari Ngkai Talasa).Rumah Asisten Residen Donggala
tahun 1911

Tahun
1926, untuk pembukaan perkebunan kelapa di "Lairiang" dan pembukaan
sawah di wilayah Donggala, sudah menggunakan traktor (Fordson tractor)
traktor sedang disebrangkan,...tidak ada keterangan mengenai nama
sungai.

To
Poso penjual Masapi di Tentena tahun 1937. Ikan Masapi alias Sogili
alias Sidat alias belut besar, alias Moa alias Anguillia
Celebensis-Longfin ell, diperkenalkan secara ilmiah oleh KAUP tahun
1856. Jenis sidat ini dianggap sebagai endemik Sulawesi.
Sejarah
Pada mulanya penduduk yang mendiami daerah Poso berada di bawah kekuasaan Pemerintah Raja-Raja yang terdiri dari Raja Poso, Raja Napu, Raja Mori, Raja Tojo, Raja Una Una dan Raja Bungku yang satu sama lain tidak ada hubungannya.Keenam wilayah kerajaan tersebut di bawah pengaruh tiga kerajaan, yakni: Wilayah Bagian Selatan tunduk kepada Kerajaan Luwu yang berkedudukan di Palopo, sedangkan Wilayah Bagian Utara tunduk dibawah pengaruh Raja Sigi yang berkedudukan di Sigi (Daerah Kabupaten Donggala) dan khusus wilayah bagian Timur, yakni daerah Bungku termasuk daerah kepulauan tunduk kepada Raja Ternate.
Sejak tahun 1880 Pemerintah Hindia Belanda di Sulawesi Bagian Utara mulai menguasai Sulawesi Tengah dan secara berangsur-angsur berusaha untuk melepaskan pengaruh Raja Luwu dan Raja Sigi di daerah Poso.
Terbagi Dua
Pada 1918 seluruh wilayah Sulawesi Tengah dalam lingkungan Kabupaten Poso yang sekarang telah dikuasai oleh Hindia Belanda dan mulailah disusun pemerintah sipil. Kemudian oleh Pemerintah Belanda wilayah Poso dalam tahun 1905-1918 terbagi dalam dua kekuasaan pemerintah, sebagian masuk wilayah Keresidenan Manado, yakni Onderafdeeling (kewedanan) Kolonodale dan Bungku, sedangkan kedudukan raja-raja dan wilayah kekuasaanya tetap dipertahankan dengan sebutan Self Bestuure-Gabieden (wilayah kerajaan) berpegang pada peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda yang disebut Self Bestuure atau Peraturan Adat Kerajaan (hukum adat).Pada 1919 seluruh wilayah Poso digabungkan dialihkan dalam wilayah Keresidenan Manado di mana Sulawesi tengah terbagi dalam dua wilayah yang disebut Afdeeling, yaitu: Afdeeling Donggala dengan ibu kotanya Donggala dan Afdeeling Poso dengan ibu kotanya kota Poso yang dipimpin oleh masing-masing Asisten Residen.
Sejak 2 Desember 1948, Daerah Otonom Sulawesi Tengah terbentuk yang meliputi Afdeeling Donggala dan Afdeeling Poso dengan ibukotanya Poso yang terdiri dari tiga wilayah Onder Afdeeling Chef atau lazimnya disebut pada waktu itu Kontroleur atau Hoofd Van Poltselyk Bestuure (HPB).
Distrik Sulawesi Tengah
Ketiga Onder Afdeeling ini meliputi beberapa Landschap dan terbagi dengan beberapa distrik, yakni :- Onder Afdeeling Poso, meliputi: Landschap Poso Lage berkedudukan di Poso, Landschap Lore berkedudukan di Wanga, Landschap Tojo berkedudukan di Ampana, Landschap Una-una berkedudukan di Ampana.
- Onder Afdeeling Bungku dan Mori, meliputi: Landschap Bungku berkedudukan di Bungku, Landschap Mori berkedudukan di Mori.
- Onder Afdeeling Luwuk, meliputi: Landschap Banggai berkedudukan di Luwuk.
- Onder Afdeeling Donggala.
- Onder Afdeeling Palu.
- Onder Afdeeling Toli Toli.
- Onder Afdeeling Parigi.
Serta sejarah poso bukan hanya ini saja,,,jadi semoga artikel ini bisa menyadarkan kita pentingnya mengetahui sejarah kota poso tercinta kita agar dimasa depan kita bisa saling bertoleransi terutama antara umat beragama di poso.
Mohon maaf apabila artikel ini belum terlalu memuaskan anda insyaAllah kita akan bahas lagi dilain waktu.
trims sudah berkunjung
sumber: nsiklopedia Bebas & nombaca.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar